Hidup ini
adalah perjuangan dan perjuanganlah yang membuat kita hidup. Jihad fi
sabilillah merupakan puncak ajaran Islam. Sehingga umat Islam yang
melaksanakannya akan mendapatkan kemuliaan dan kejayaan di dunia dan surga
Allah di akhirat.
Sebaliknya mereka
yang meninggalkan jihad dan tidak terbersit sedikitpun dalam hatinya untuk
berjihad akan hina dan menderita di dunia serta mendapatkan siksa Allah di
neraka. Jihad adalah satu-satunya jalan bagi umat Islam untuk meraih kejayaan
Islam, merdeka dari penjajahan dan meraih kembali tanah yang hilang.
Ketika umat
Islam lalai terhadap kewajiban, maka Allah akan menghinakan mereka. Rasulullah
saw. bersabda,” Jika kalian telah berdagang dengan ‘Inah (sistem riba’),
mengikuti ekor-ekor sapi (sibuk beternak), rela bercocok tanam dan meninggalkan
jihad, pasti Allah akan menimpakan kehinaan atas kalian. Allah tidak akan
mencabut kehinaan itu hingga kalian kembali ke ajaran agama kalian.” (HR Ahmad,
Abu Dawud dan al-Baihaqi).
Imam Syahid
Hasan al-Banna berkata: Sesungguhnya umat yang mengetahui bagaimana cara
membuat kematian, dan mengetahui bagaimana cara meraih kematian yang mulia,
Allah pasti memberikan kepada mereka kehidupan mulia di dunia dan keni’matan
yang kekal di akhirat. Wahn (kelemahan) yang menghinakan kita tidak lain karena
penyakit cinta dunia dan takut mati. Maka persiapkanlah jiwa kalian untuk amal
yang besar, dan semangatlah menjemput kematian niscaya diberi kehidupan.
Ketahuilah bahwa kematian adalah kepastian dan tidak datang kecuali satu kali. Jika
engkau menjadikannya di jalan Allah, maka hal itu merupakan keuntungan dunia
dan ganjaran akhirat.
Definisi
Jihad (Pengertian Jihad)
Jihad secara
bahasa berarti mengerahkan dan mencurahkan segala kemampuannya baik berupa
perkataan maupun perbuatan. Dan secara istilah syari’ah berarti seorang muslim
mengerahkan dan mencurahkan segala kemampuannya untuk memperjuangkan dan
meneggakan Islam demi mencapai ridha Allah SWT. Oleh karena itu kata-kata jihad
selalu diiringi dengan fi sabilillah untuk menunjukkan bahwa jihad yang
dilakukan umat Islam harus sesuai dengan ajaran Islam agar mendapat keridhaan
Allah SWT.
Imam Syahid
Hasan Al-Banna berkata, “Yang saya maksud dengan jihad adalah; suatu kewajiban
sampai hari kiamat dan apa yang dikandung dari sabda Rasulullah saw.,” Siapa
yang mati, sedangkan ia tidak berjuang atau belum berniat berjuang, maka ia
mati dalam keadaan jahiliyah”.
Adapun
urutan yang paling bawah dari jihad adalah ingkar hati, dan yang paling tinggi
perang mengangkat senjata di jalan Allah. Di antara itu ada jihad lisan, pena,
tangan dan berkata benar di hadapan penguasa tiran.
Dakwah tidak
akan hidup kecuali dengan jihad, seberapa tinggi kedudukan dakwah dan
cakupannya yang luas, maka jihad merupakan jalan satu-satunya yang
mengiringinya. Firman Allah,” Berjihadlah di jalan Allah dengan
sebenar-benarnya jihad” (QS Al-Hajj 78).
Dengan
demikian anda sebagai aktifis dakwah tahu akan hakikat doktrin ‘ Jihad adalah
Jalan Kami’
Tujuan Jihad
Jihad fi
sabilillah disyari’atkan Allah SWT bertujuan agar syari’at Allah tegak di muka
bumi dan dilaksanakan oleh manusia. Sehingga manusia mendapat rahmat dari
ajaran Islam dan terbebas dari fitnah. Jihad fi sabilillah bukanlah tindakan
balas dendam dan menzhalimi kaum yang lemah, tetapi sebaliknya untuk melindungi
kaum yang lemah dan tertindas di muka bumi. Jihad juga bertujuan tidak
semata-mata membunuh orang kafir dan melakukan teror terhadap mereka, karena
Islam menghormati hak hidup setiap manusia. Tetapi jihad disyariatkan dalam
Islam untuk menghentikan kezhaliman dan fitnah yang mengganggu kehidupan
manusia. (QS an-Nisaa’ 74-76).
Macam-Macam
Jihad
Jihad fi
Sabilillah untuk menegakkan ajaran Islam ada beberapa macam, yaitu:
- Jihad dengan lisan, yaitu
menyampaikan, mengajarkan dan menda’wahkan ajaran Islam kepada manusia
serta menjawab tuduhan sesat yang diarahkan pada Islam. Termasuk dalam
jihad dengan lisan adalah, tabligh, ta’lim, da’wah, amar ma’ruf nahi
mungkar dan aktifitas politik yang bertujuan menegakkan kalimat Allah.
- Jihad dengan harta, yaitu
menginfakkan harta kekayaan di jalan Allah khususnya bagi perjuangan dan
peperangan untuk menegakkan kalimat Allah serta menyiapkan keluarga
mujahid yang ditinggal berjihad.
- Jihad dengan jiwa, yaitu
memerangi orang kafir yang memerangi Islam dan umat Islam. Jihad ini biasa
disebut dengan qital (berperang di jalan Allah). Dan ungkapan jihad yang
dominan disebutkan dalam al-Qur’an dan Sunnah berarti berperang di jalan
Allah.
Keutamaan
Jihad dan Mati Syahid
Beberapa
ayat Alquran memberikan keutamaan tentang berjihad. Di antaranya, (QS an-Nisaa’
95-96)(QS as-Shaff 10-13).
Rasulullah
SAW bersabda: Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW ditanya: ”Amal
apakah yang paling utama?” Rasul SAW menjawab: ”Beriman kepada Allah”, sahabat
berkata:”Lalu apa?” Rasul SAW menjawab: “Jihad fi Sabilillah”, lalu apa?”,
Rasul SAW menjawab: Haji mabrur”. (Muttafaqun ‘alaihi)
Dari Anas
ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Pagi-pagi atau sore-sore keluar berjihad di
jalan Allah lebih baik dari dunia seisinya.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Dari Anas ra
bahwa nabi SAW bersabda: ”Tidak ada satupun orang yang sudah masuk surga ingin
kembali ke dunia dan segala sesuatu yang ada di dunia kecuali orang yang mati
syahid, ia ingin kembali ke dunia, kemudian terbunuh 10 kali karena melihat
keutamaan syuhada.” (Muttafaqun ‘alaihi)
”Bagi orang
yang mati syahid disisi Allah mendapat tujuh kebaikan: 1. Diampuni dosanya dari
mulai tetesan darah pertama. 2. Mengetahui tempatnya di surga. 3. Dihiasi
dengan perhiasan keimanan. 4. Dinikahkan dengan 72 istri dari bidadari. 5.
Dijauhkan dari siksa kubur dan dibebaskan dari ketakutan di hari Kiamat. 6.
Diletakkan pada kepalanya mahkota kewibawaan dari Yakut yang lebih baik dari
dunia seisinya. 7. Berhak memberi syafaat 70 kerabatnya.” (HR at-Tirmidzi)
Hukum Jihad
Fi Sabilillah
Hukum Jihad
fi sabilillah secara umum adalah Fardhu Kifayah, jika sebagian umat telah
melaksanakannya dengan baik dan sempurna maka sebagian yang lain terbebas dari
kewajiban tersebut. Allah SWT berfirman:
“Tidak
sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya” (QS at-Taubah 122).
Jihad
berubah menjadi Fardhu ‘Ain jika:
1. Muslim
yang telah mukallaf sudah memasuki medan perang, maka baginya fardhu ‘ain
berjihad dan tidak boleh lari.
”Hai
orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir
yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur).
Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok
untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain,
maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan
tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.” (QS
al-Anfal 15-16).
2. Musuh
sudah datang ke wilayahnya, maka jihad menjadi fardhu ‘ain bagi seluruh
penduduk di daerah atau wilayah tersebut .
”Hai
orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu
itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah,
bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS at-Taubah 123)
3. Jika
pemimpin memerintahkan muslim yang mukallaf untuk berperang, maka baginya
merupakan fardhu ‘ain untuk berperang. Rasulullah SAW bersabda:
”Tidak ada
hijrah setelah futuh Mekkah, tetapi yang ada adalah jihad dan niat. Dan jika
kamu diperintahkan untuk keluar berjihad maka keluarlah (berjihad).” (HR
Bukhari)
Kata-Kata Jihad
Kata-Kata Jihad
Khubaib bin
Adi ra. berkata ketika disiksa oleh musuhnya, “Aku tidak peduli, asalkan aku
terbunuh dalam keadaan Islam. Dimana saja aku dibunuh, aku akan kembali kepada
Allah. Kuserahkan kepada Allah kapan saja Ia berkehendak. Setiap potongan
tubuhku akan diberkatinya”.
Al-Khansa
ra. berpesan kepada 4 anaknya mengantarkan mereka untuk jihad, “Wahai
anak-anakku ! Kalian tidak pernah berkhianat pada ayah kalian. Demi Allah,
kalian berasal dari satu keturunan. Kalianlah orang yang ada dalam hatiku. Jika
kalian menuju ke medan perang, jadilah kalian pahlawan. Berperanglah ! Jangan
kembali. Aku membesarkan kalian untuk hari ini”.
Abdullah bin
Mubarak berkata pada saudaranya Fudail bin Iyadh yang sedang asyik ibadah di
tahan suci,” Wahai ahli ibadah di dua tahan Haram, jika engkau melihat kami,
niscaya engkau akan tahu bahwa engkau hanya bermain-main dalam ibadah.
Barangsiapa membasahi pipinya dengan air mata. Maka, leher kami basah dengan
darah”.
Demikianlah jihad adalah satu-satunya jalan menuju
kemuliaan di dunia dan di akhirat. Ampunan Allah, surga Adn, Pertolongan dan
Kemenangan. Wallahu a’lam bishawaab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar